Minggu, 21 Agustus 2016

Lamak dan Ceniga Pis bolong Khas Buwit



Desa Buwit yang terletak di bagian timur Tabanan tepatnya Kecamatan Kediri adalah salah satu desa yang berkembang dengan potensi wisata. Letaknya yang berdekatan dengan objek wisata Tanah Lot yang sudah tersohor membuatnya berpotensi sebagai desa penyokong pariwisata Tabanan. Meskipun kebanyakan masyarakat Desa Buwit masih mengandalkan sektor pertanian, namun beberapa masyarakatnya juga sudah beralih ke bidang pariwisata. Terbukti dengan banyaknya villa yang terdapat di wilayah Desa Buwit, keindahan alam dan keunikan tradisi adalah daya tarik utama dalam pariwisata di Bali khususnya Desa Buwit.

Layaknya desa-desa di Bali yang memiliki dan menonjolkan keunikan budaya masing-masing, begitu juga Desa Buwit memiliki keunikan dalam hal kerajinan salah satunya yaitu kerajinan lamak dan ceniga yang terbuat dari pis bolong yang telah berlangsung secara turun temurun sampai saat ini telah dikelola oleh generasi keempat. Meskipun telah didera arus perubahan dan perkembangan jaman yang sangat deras, namun kerajinan lamak dan ceniga dari pis bolong yang dikelola oleh Nyoman Sumartana masih mampu bertahan dikala usaha sejenis yang terdapat di wilayah sekitar, mulai ditinggalkan. Usaha ini sudah mulai dirintis sejak tahun 1965, namun belum dipasarkan hanya sebagai penyalur hobi dari kakek buyut yang akrab dikenal dengan Pak Desi ini. Sampai sekarang usaha kerajinan lamak dan ceniga pis bolong ini tetap diminati warga lokal maupun di luar Kabupaten Tabanan.


Dalam proses pembuatan kerajinan lamak dan ceniga ini masih dilakukan secara tradisional tanpa menggunakan bantuan tenaga mesin menjadikan kerajinan ini berbeda dengan usaha kerajinan sejenis yang terdapat di wilayah yang lainnya. Lamak dan ceniga yang dibuat dengan tangan memiliki keunikan tersendiri meskipun memerlukan waktu pembuatan yang sedikit lebih lama yang mengakibatkan harga produk yang sedikit lebih mahal, namun hingga saat ini peminat dari kerajinan lamak dan ceniga ini masih sangat banyak. Lama proses pembuatan lamak dan ceniga pis bolong ini paling cepat kira-kira 2 hari dan satu minggu dapat menghasilkan lima set lamak dan ceniga pis bolong ini. Untuk dapat menghasilkan kerajinan ini memerlukan bahan yang cukup mudah didapat antara lain: bambu, benang wol, benang nilon, cat, jarum, cermin dan perlengkapan lain untuk membentuk kerangka ceniga dan lamaknya, serta yang paling utama adalah pis bolong itu sendiri.

Selain lamak dan ceniga pis bolong, terdapat beberapa kerajinan lain seperti tamiyang, buweng, sarang lawe dan pernak-pernik keagamaan lainnya. Setiap jenis kerajinan tersebut memiliki kesulitan yang berbeda-beda dalam proses pembuatannya. Semua bahan-bahan yang digunakan berasal dari bahan lokal namun pis bolongnya saja yang diperoleh dari luar bali seperti daerah Jawa. Pak Nyoman Sumartana yang disapa akrab Pak Desi ini memperoleh bahan pis bolong dengan memesannya terlebih dahulu melalui telepon, dan barangnya langsung dikirim dari Jawa ke rumah beliau, sehingga tidak memerlukan biaya serta waktu yang lama. Proses pembuatan lamak dan ceniga pis bolong dimulai dari mengolah bambu membentuk kerangka lamak ceniga tersebut, kemudian dihiasi dengan pis bolong yang ditata rapi dengan cara dijahit menggunakan benang nilon serta jarum yang berukuran besar. Kemudian pemasangan cermin sebagai penghias dan mempercantik lamak dan ceniga pis bolong ini. Setelah itu sebagai finishing, kerangka bambu yang telah dihiasi oleh rangkaian pis bolong ini ditambahkan cat warna-warni, lalu dijemur selama kurang lebih setengah hari, setelah itu dipasangkan cermin dan benang wol sebagai hiasan terakhir.

Kualitas produk yang baik serta motif dan ukuran yang bervariasi menjadi keunggulan tersendiri saat bersaing dengan produk lain di pasaran. Meskipun usaha ini sudah berjalan sejak tahun 1997, pengerajin cenderung selalu kewalahan dalam memenuhi permintaan konsumen. Puncaknya sampai di tahun 2000-an bahkan pemilik usaha ini mampu mempekerjakan sekitar 25 orang yang berasal dari orang lokal maupun dari luar wilayah Tabanan. Tetapi untuk saat ini Pak Desi hanya mempekerjakan 5 orang karyawan untuk bekerja di dalam rumah yang terdiri dari tetangga-tetangga desa dan anggota keluarga. Untuk karyawan luar rumah, 5-6 orang karyawan. Bapak Desi menerapkan sistem karyawan luar rumah, agar mengefisiensikan tenaga serta waktu untuk para karyawan yang tidak bisa meninggalkan rumah untuk bekerja (seperti: memiliki bayi atau keluarga yang sakit). Untuk pemberian upah/gaji, Pak Desi menggunakan sistem upah perhari (harian) dengan upah sekitaran 30-45 ribu rupiah, dengan waktu kerja mulai dari pukul 08.00-16.00 wita.

Promosi (mengajak untuk mencintai produk lokal) dan pemasaran produk ini tidak hanya di lingkungan kabupaten Tabanan tetapi sudah sampai ke daerah luar pulau Bali. Untuk daerah luar pulau Bali di promosikan secara sederhana, mungkin bisa di katakan secara tidak sengaja. Konsumen yang membeli produk ini menyebarkan dari mulut kemulut kepada masyarakat lain.

Kisaran harga yang di patok juga tidak begitu tinggi, seperti untuk satu set ceniga dan lamak pis bolong yang besar seharga Rp. 110 ribu rupiah, untuk yang kecil sekitar Rp. 95 ribu rupiah, untuk buweng dan tamiyang sekitar Rp. 85 ribu rupiah.

Dengan demikian sudah seharusnya kita melestarikan kerajinan lamak dan ceniga pis bolong yang merupakan salah satu produksi pengerajin di daerah Tabanan tepatnya di Desa Buwit agar tidak kalah saing dengan produk luar yang menggunakan dari mesin. Maka dari itu jika bukan kita yang melestarikan pengerajin lamak dan ceniga siapa lagi!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar